KADAL IJO
Sudah
berkali-kali aku mencoba ingin menangkap kadal ijo di lingkungan rumahku. Secepat
kilat kadal ijo itu melesat meloncat, berganti warna saat aku mengerdipkan
mata, lalu menghilang. Saat aku lengah kadal ijo itu muncul lagi. Begitu
seterusnya, menggoda dan mempermainkan mata.
Orang
lain mengatakan bunglon, bengkarung, tapi aku lebih suka ikut lingkunganku
menamakan kadal ijo. Sudah pernah aku mendesak mereka untuk mengatakan itu
bunglon, mereka seolah mencibirku menolak nama itu. Mereka bersikukuh tidak
menerima nama yang lain selain kadal ijo.
Seperti
aku, orang biasanya jadi berpikir, merenung dan bertindak karena adanya
rangsangan dari luar dirinya. Adanya kadal ijo di lingkungan rumahku menambah
daftar pikiran, renungan dan tindakan yang baru pada diriku. Tadinya aku ingin
membuang jauh-jauh masalah kadal ijo itu, tapi rupanya tetangga di lingkunganku
juga ikut terusik mendesak aku dan seluruh warga supaya secepatnya
menangkap kadal ijo itu karena sebagian
generasi dari warga seumur-umur belum pernah melihat kadal ijo. Tersebarlah
wara-wara kepada seluruh warga untuk menangkap kadal ijo itu. Kadal ijo itu semakin
sempit ruang geraknya.
Tiap
warga yang terusik dan tertarik dengan hadiah yang tersedia untuk menangkap
kadal ijo itu, memasang jerat di masing-masing tempatnya. Jerat-jerat yang
dipasang beraneka bentuk dari yang tradisional memakai peralatan sederhana
seperti dari bambu sampai memasang peralatan yang memakai elektronik, tapi
belum ada yang memakai kamera monitor yang bisa dikendalikan dari jarak jauh
dan secara otomatis dapat menangkap
kadal ijo itu. Tetapi selama itu, tidak ada orang yang melaporkan tertangkapnya
kadal ijo itu. Yang tertangkap jenis kadal-kadal yang lain selain kadal ijo.
Saking sulitnya menangkap kadal ijo itu, orang lalu melupakan seiring lamanya
waktu menunggu dan rusaknya peralatan jerat yang dipasang di masing-masing
tempat. Kadal ijo itu tidak lagi menjadi incaran warga.
Dalam
situasi terlupakan, kadal ijo itu muncul lagi. Kali ini kemunculan kadal ijo
itu bertambah banyak kelipatannya menjadi bermunculan di tiap-tiap rumah
tangga. Tidak ada keluarga yang terlewat dari menyebarnya kadal ijo itu. Tiap
keluarga jadi sibuk terperangah memikirkan kadal ijo itu. Aku berembuk dengan
keluargaku mengapa kadal ijo itu bisa sampai dan masuk di lingkungan
keluargaku. Mungkin keluarga-keluarga lain tidak berbeda dengan keluargaku
menyoal kadal ijo itu. Tiap keluarga tidak ada lagi yang merasa asing dengan
kadal ijo. Hanya saja tiap keluarga merasa kesulitan unutk menangkapnya. “Bisa
dikenal, bisa dilihat, sulit dijerat, sulit ditangkap, muncul begitu cepat dan
menghilang begitu cepat”.
Kemunculan
kadal ijo pada tiap-tiap keluarga mendatangkan masalah baru merebaknya penyakit
borok pada tiap-tiap keluarga. Tadinya orang hanya merasa mengeluh gatal-gatal
kulitnya. Kemudian gatal-gatal menjadi bintul-bintul yang apabila digaruk lecet
mengeluarkan cairan putih. Jadilah borok menyebar di masing-masing keluarga.
Hanya warga yang berperilaku bersih tentunya dapat terhidar dari penyakit
borok. Berbagai media mengekspos merebaknya penyakit borok di lingkungan
desaku. Menyebarlah berita penyakit borok ke seluruh antero daya jangkau mass
media itu. ***
Namanya
Selo. Karena sudah usia lanjut, orang memberi nama Kaki Selo. Selo artinya batu.
Seperti namanya, orangnya keras seperti batu perangainya. Keseharian pada usia muda
mencari ikan dengan jala. Kini pada usia tua beralih profesi berternak, mencari
dan berburu kadal ijo. Entah mengapa kadal ijo menjadi penopang hidupnya hingga
mengantar anak-anaknya menuju kehidupan yang layak dengan bekerja di manca
negara. Kini Kaki Selo tidak lagi punya anak yang tinggal di rumah, semua
anaknya sudah mandiri. Artinya Kaki Selo hanya bersama istrinya Nini Selo di
rumahnya dibantu empat orang laki-laki mengurus Kadal Ijo.
Keluarga
Kaki Selo sewaktu anak-anaknya masih kecil, masih berkumpul, merupakan keluarga
yang diasingkan tetangganya dan orang lain. Mereke semua mengidap penyakit
kulit berupa borok. Sampai pada suatu saat Kaki Selo dalam mencari ikan dengan
jala tak sengaja mendapatkan seekor kadal ijo. Kadal ijo kemudian dibawa pulang
bersama ikan-ikan yang diperoleh dari sungai. Dengan diam-diam Kaki Selo
mengolah kadal ijo itu kemudian dimakan bersama keluargnya. Selang beberapa
waktu kemudian Kaki Selo dan seluruh anggota keluarganya sembuh dari penyakit
borok. Mulai saat itu tetangga dan masyarakat sekitar tidak lagi mengasingkan
keluarga Kaki Selo. Dan Kaki Selo dari kejadian itu lebih sering berburu kadal
ijo daripada mencari ikan.
Aku
bertandang ke rumah Kaki Selo untuk meyakinkan kebenaran khabar tentang ternak
kadal ijo. Rumahnya jauh sekali di tepian hutan. Harus ditempuh beberapa jam
untuk sampai ke rumahnyaa, itupun harus dengan kendaraan roda dua dan masih
ditambah jalan kaki. Orang tidak akan kesasar nencari rumah Kaki selo karena
ada rambu-rambu jalan bergambar kadal ijo menuju rumahnya. Dan hanya orang buta
dan tidak mau tahu rambu-rambu akan kesasar sampai hutan lindung di belakang
rumah Kaki selo. Aku ssampai di rumah Kaki Selo tanpa kesulitan pada saat
matahari menatap tegak lurus permukaan bumi.
Memasuki
pelataran rumah Kaki Selo seperti masuk ke dunia lain, sepi, sunyi, namun
memancarkan suasana kedamaian. Pohon-pohon besar melindungi pelataran dari
tatapan sinar matahari. Sejumlah pranji atau sangkar kadal ijo dari bambu
berjejer di sana sini mengelilingi rumah Kaki Selo. Empat pembantu menjaga dan
memelihara dari empat penjuru arah mata angin sesuai asal kadal ijo itu. Bau
khas kadal ijo “langu” menyebar bersama hembusan angin yang menghampiri
tiap-tiap pranji atau sangkar kadal ijo itu.
Salah
satu pembantu Kaki Selo menemui aku menanyakan keperluan kedatanganku. Pembantu
itu memaklumi dan mengatakan bahwa Kaki Selo sedang istirahat tidak boleh
diganggu karena sejak pagi Kaki Selo kedatangan beberapa tamu minta ditambani
penyakit boroknya. Aku menyempatkan ngobrol dengan keempat pembantu Kaki Selo.
Empat
pembantu Kaki Selo ngpbrol ngalor ngidul denganku. Tetek bengek diomongkan,
dari keseharian Kaki Selo sampai ternak Kadal Ijo yang diambil dari empat
penjuru mata angin. Kadal Ijo yang dari arah utara rumah dipelihara satu orang
pembantu untuk menyembuhkan orang-orang berpenyakit borok dari arah utara,
begitu seterusnya untuk arah mata angin yang lain. Kata pembantu juga, ada
orang yang memberlakukan kadal ijo seperti kadal Mesir untuk vitalitas pria
sama halnya dengan viagra. Tapi itu belum menjadi legalitas Kaki Selo,
maksudnya Kaki Selo belum mengiyakan khasiat kadal ijo untuk yang lain selain
penyakit borok.
Dari
cerita keempat pembantu Kaki Selo, ada salah satu yang menarik. Suatu ketika
Kaki Selo kedatangan perempuan muda, cantik dan menarik. Perempuan itu pernah
bersumpah kalau sembuh dari penyakit boroknya akan bersedia mengabdi menjadi
istri Kaki Selo. Namun Kaki Selo telah lupa dengan sumpah yang diucapkan
perempuan itu. Sebenarnya Kaki Selo tersentuh hati dan kejantanannya menghadapi
perempuan itu dalam keadaan memelas dan meminta. Hal itu disadari benar oleh
Kali Selo karena hati dan kejantanan seorang lelaki tidak mengenal usia lanjut
selama fungsi organ tubuhnya masih bekerja dengan baik. Namun demikian Kaki
Selo tidak serta merta meladeni sentuhan hati perempuan itu. Barangkali juga
Kaki Selo telah teguh dengan sumpahnya ingin menjadi orang bermanfat tanpa mengorbankan
harga dirinya, atau Kaki Selo telah membelenggu diri dengan tali-tali
keyakinanya.
Kaki
Selo menyambut kedatanganku setelah menikmati istirahat yang cukup. Kuceritakan maksud kedatanganku. Kemudian Kaki
Selo menyampaikan beberapa hal hubungannya dengan kadal ijo di lingkungan
desaku.
“Mas,
kadal ijo di desa sini sangat berarti sekali untuk nambani penyakit borok. Dulu
di desa ini tiap keluarga ada yang terkena penyakit borok. Semenjak aku
memburu, memelihara dan menangkarkan kadal ijo untuk penyembuhan penyakit
borok, desa ini sudah terbebas dari wabah penyakit borok. Merebaknya penyakit
borok biasanya muncul bersamaan dengan munculnya banyak kadal ijo. Di desa
Sampeyan seperti itu, kan?”.
Aku
manggut-manggut. Aku menyampaikan bagaimana mengatasinya.
“Sampeyan
jangan khawatir, aku mau bantu Sampeyan mengatasi hal ini. Harus
disosialisasikan terlebih dahulu penyembuhan borok dengan kadal ijo.
Kedengarannya memang menjijikkan, tapi itu obat satu-satunya yang murah
terjangkau masyarakat. Dan sampai pada saat ini aku belum menemukan obat borok
yang lain”.
“Cara
menangkap kadal ijo?”
“Pertama
kita harus mengenal sifat kadal ijo yang suka berubah warna dengan cepat. Untuk
menangkap kadal ijo harus dengan kadal ijo. Kadal ijo akan mendekat sesama kadal
ijo manakala ada kadal ijo yang lain. Itu sifatnya, suka berkelompok dengan
yang lain”.
“Kalau
begitu aku harus bagaimana?”
“Sampeyan
boleh membawa kadal ijo sejumlah yang kamu butuhkan”.
“Ha
... ! Caranya?”
“Karena
kadal ijo mudah berubah warna dan menghilang dengan cepat, maka kita harus tahu
kapan kadal ijo tidak dapat berubah warna. Kadal ijo tidak dapat berubah warna
dan lamur matanya ketika masuk saat sandekala atau pergantian siang dan malam,
ketika matahari mengakhiri perjalanannya sepanjang siang”.
“Cara
praktisnya?”
“Ikat
kadal ijo yang Sampeyan bawa dari sini di tempat yang sunyi. Olesi tempat kadal
ijo diikat dengan minyak kadal ijo supaya kadal ijo yang lain terpengaruh dan
merubung kadal ijo yang ada. Saat sandekala tiba Sampeyan tinggal menangkap
saru persatu kadal ijo yang merubung”.
“Minyak
kadal ijonya?”
“Gampang,
aku sudah banyak membuat minyak kadal ijo untuk keperluan yang sama, nambani
borok bagi orang yang merasa jijik mengkonsumsi kadal ijo, apa itu dimasak atau
disate”.
“Masih
ada lagi?”
“Oh,
ya. Tentukan pusat pengendali di tengah-tengah desa atau di rumah Sampeyan.
Pastikan arah mata angin untuk penentuan asal kadal ijo bagi penderita penyakit
borok dari arah mata angin yang sama”.
“Masih
ada cara tersisa?”
“Jangan
lupa berdoa! Semuanya tidak berarti apa-apa tanpa kuasa-Nya”.
“Biayanya?”
“Ah,
itu gampang. Kalau sudah ada hasilnya, baru Sampeyan pikirkan. Jer basuki mawa
bea. Begitu, kan?”
Aku
mengiyakan. Aku membawa seluruh apa yang diberikan ole Kaki Selo. Tentu Kaki
Selo menyuruh salah satu pembantunya untuk ikut terlaksana dan suksesnya
penangkapan kadal ijo di lingkungan desaku. Dan Kaki selo menyarankan kalau ada
kesulitan bisa menghubunginya lewat pensel yang dipegang para pembantunya. ***
Aku
menjadi seperti Kaki Selo. Segala apa yang dikatakan Kaki Selo aku lakukan,
memburu, menangkap dan memelihara kadal ijo untuk melayani penyembuhan
penyakit borok di lingkungan desaku.
Pada awalnya istri dan anak-anakku merasa jijik dengan kadal ijo itu, tetapi
setelah mendatangkan imbalan berganda mendukung perekonomian keluarga mereka
sangat akrab dengan kadal ijo-kadal ijo itu. Utamanya dalam penyembuhan orang-orang
yang terkena penyakit borok.
Belum
genap satu tahun, wabah penyakit borok di lingkungan desaku sudah dinyatakan
lenyap bebas penyakit borok. Imbasnya masyarakat menganggap aku sebagai orang
yang paling berjasa. Mengalirlah berbagai bentuk penghargaan yang tak terduga,
terutama berupa uang yang dapat aku gunakan membangun kelayakan, bahkan juga
kemewahan dalam keluargaku. Bersamaan dengan itu, aku mengurangi aktivitas yang
besentuhan dengan kadal ijo, bahkan aku ingin menghentikan sama sekali karena
sudah jarang orang membutuhkan kadal ijo untuk penyembuhan borok. Dan aku sudah
merasa cukup banyak dalam mengabdi mengangkat harga diri masyarakat, bebas dari
penyakit borok.
Lama
aku bergelimang kelayakan hidup dari lisensi Kaki Selo menyembuhkan borok
dengan kadal ijo. Selama itu pula aku melupakan Kaki Selo dengan janji-janjiku
yang pernah aku ucapkan. Waktu itu aku berjanji akan membayar semua apa yang
telah diberikan Kaki Selo, tapi tidak aku lakukan. Lisensi Kadal Ijo unutuk
penyembuhan borok keuntungannya tidak aku alirkan kepada Kaki Selo. Aku dengan
serakah menikmati sendiri dan aku tidak merasa ada beban apa pun perihal Kaki
Selo dan Kadal Ijo. Sudah aku lupakan semua.
Sudah
dua minggu kematian Kaki Selo baru sampai kabarnya kepadaku. Katanya aku tidak
boleh datang dan memberi penghormatan terakhir. Katanya aku tidak dapat
dipercaya dan tidak dapat memegang janji. Ia tidak rela pada lisensi kadal ijo
yang aku pakai untuk penyembuhan borok. Aku merasa banyak berdosa berhutang
budi dan materi kepadanya.
Aku
tidak tahu harus berbuat apa untuk menebus dosa-dosa dan berhutang secara
materi kepada kaki Selo. Sementara itu, sejak sepeninggal Kaki Selo, kadal ijo
banyak muncul dan berkembang lagi di lingkungan desaku dan desa Kaki Selo.
Sudah digariskan berkembangnya kadal ijo akan bersamaan merebaknya lagi
penyakit borok. Kemudian orang beramai-ramai tanpa dikomando memburu kadal ijo
dengan caranya sendiri untuk penyembuhan penyakit borok. Namun penyakit borok
kali ini tetap mewabah dan kebal walaupun ditambani kadal ijo. Hanya orang yang
berperilaku bersih tidak akan pernah terjangkit penyakit borok.
Kebarongan,
25 Mei 2008.